Halo, skincare bestie! Pasti Anda sering banget kan, lihat perdebatan sengit di media sosial. Tim A bilang Niacinamide kalau ketemu AHA BHA itu 'haram' hukumnya, bisa bikin iritasi parah. Tim B malah santai layering kedua bahan itu dan hasilnya glowing maksimal. Jujur, pusing banget kan?
Sebagai orang yang sehari-harinya berkutat dengan formulasi di laboratorium R&D, saya sering senyum-senyum sendiri melihat perdebatan ini. Kebingungan Anda sangat wajar, karena ada banyak misinformasi yang beredar. Nah, di artikel ini, saya mau ajak Anda untuk membedah tuntas risiko niacinamide dan AHA BHA dari kacamata seorang formulator. Bukan cuma katanya-katanya, tapi kita akan lihat sains di baliknya. Yuk, kita mulai!
Sebelum kita masuk ke lab, kita perlu tahu dulu kenapa duet Niacinamide dan exfoliating acids (AHA/BHA) ini begitu sering diperdebatkan.
Keduanya sama-sama bintang di dunia skincare. Wajar kalau banyak yang ingin menggabungkan kekuatan mereka untuk hasil yang lebih cepat dan maksimal. Tapi, di sinilah drama dimulai.
Ketakutan terbesar mencampur Niacinamide dengan bahan asam sebenarnya berasal dari studi-studi lawas dari tahun 1960-an. Studi ini menunjukkan bahwa Niacinamide, jika dicampur dengan asam (terutama Ascorbic Acid/Vitamin C murni) dalam kondisi pH yang sangat rendah dan suhu tinggi, bisa terhidrolisis menjadi Nicotinic Acid (atau Niacin).
Nicotinic Acid inilah biang keladinya. Zat ini bisa menyebabkan pelebaran pembuluh darah di kulit, yang menimbulkan efek kemerahan, rasa hangat, dan gatal yang kita kenal sebagai "niacin flush".
Tapi, ini kuncinya: Studi tersebut menggunakan formulasi yang tidak stabil dan kondisi ekstrem yang hampir tidak mungkin terjadi pada produk skincare modern yang Anda gunakan di rumah.
Menurut sumber terpercaya seperti Paula's Choice, formulasi skincare saat ini jauh lebih canggih. Formulator (seperti saya dan tim) sudah memperhitungkan stabilitas bahan aktif dalam rentang pH tertentu untuk memastikan produk tetap aman dan efektif. Sebuah artikel dalam Journal of Cosmetic Dermatology juga lebih banyak menyoroti manfaat Niacinamide dalam menoleransi efek iritasi dari bahan lain seperti retinoid, bukan sebagai pemicu masalah jika digabung.
Intinya: Ketakutan akan perubahan Niacinamide menjadi Nicotinic Acid pada produk modern itu lebih banyak mitosnya tapi juga tidak menutup kemungkinan masih ada fakta resiko lainnya.
Jadi, kalau bukan karena reaksi kimia, apa dong risiko niacinamide dan AHA BHA yang sebenarnya? Jawabannya ada dua, dan ini jauh lebih relevan untuk Anda.
Setiap bahan aktif punya 'rumah' atau rentang pH ideal di mana ia bekerja paling optimal.
Mencampurkan keduanya secara langsung (misalnya, meneteskan serum AHA ke dalam botol serum Niacinamide) secara teori bisa sedikit menggeser pH masing-masing produk, yang berpotensi mengurangi efektivitas keduanya. Tapi, jika Anda menggunakannya dengan jeda waktu yang cukup, masalah ini hampir tidak signifikan karena kulit punya mekanisme alami untuk menyeimbangkan pH-nya sendiri.
Inilah risiko terbesar dan paling nyata saat Anda mencampur niacinamide dan AHA BHA. Masalahnya bukan pada kombinasi bahannya, melainkan pada sifat bahannya.
AHA dan BHA adalah eksfolian. Tugas mereka adalah mengangkat sel kulit mati. Jika digunakan terlalu sering atau dengan konsentrasi terlalu tinggi, mereka bisa 'mengikis' lapisan pelindung kulit Anda secara berlebihan. Hasilnya? Skin barrier rusak.
Gejalanya meliputi:
Niacinamide, meskipun tugasnya memperkuat skin barrier, bisa terasa 'menyengat' atau perih jika diaplikasikan pada kulit yang skin barrier-nya sudah terlanjur rusak akibat eksfoliasi berlebihan. Jadi, yang disalahkan Niacinamide-nya, padahal 'tersangka' utamanya adalah jadwal eksfoliasi yang terlalu brutal.
Kalau Anda tanya saya pribadi, jawabannya adalah: Nggak Boleh, tapi bisa menjadi Boleh, dengan syarat dan strategi.
Di dunia R&D, kami percaya bahwa how you formulate is key. Sebuah produk yang diformulasikan dengan baik bisa mengandung kedua bahan ini sekaligus. Banyak produk di pasaran yang menggabungkan Niacinamide dengan turunan Salicylic Acid (BHA) dalam satu botol dan hasilnya sangat efektif serta aman. Ini karena formulator sudah mengatur konsentrasi besaran bahan aktif yang masuk, pH, dan menambahkan bahan-bahan penenang (soothing agents) untuk meminimalisir risiko iritasi.
Namun, jika Anda menggunakan produk terpisah (layering), kuncinya adalah mendengarkan kulit Anda. Jangan terbawa tren skipcare atau 10-step routine tanpa memahami kebutuhan kulit.
Daripada melarang total, saya lebih suka memberikan solusi cerdas agar Anda bisa mendapatkan manfaat dari kedua bahan tersebut tanpa membahayakan kulit.
Jadi, kesimpulannya, risiko niacinamide dan AHA BHA bukanlah bom waktu yang siap meledak di wajah Anda. Mitos tentang reaksi kimia berbahaya sebagian besar sudah tidak relevan dengan produk-produk canggih saat ini.
Risiko yang sesungguhnya terletak pada potensi iritasi akibat over-exfoliation dan penggunaan yang kurang bijak. Kunci untuk mendapatkan kulit impian bukan dengan menumpuk semua bahan aktif secara membabi buta, melainkan dengan memahami cara kerja, memilih formulasi yang tepat, dan yang terpenting, membangun rutinitas yang sesuai dengan kondisi kulit Anda.
Pusing memikirkan formulasi yang stabil, efektif, dan aman untuk target pasar Anda? Anda tidak sendiri. Proses pengembangan produk memang sangat kompleks dan membutuhkan keahlian khusus untuk menyeimbangkan efektivitas, keamanan, dan kestabilan.
Jika Anda punya impian membuat brand skincare sendiri dengan produk yang tidak hanya viral tapi juga aman dan teruji secara ilmiah, inilah saatnya. Saya dan tim di CV Zweena Adi Nugraha siap menjadi partner R&D, dan produksi Anda, membantu dari pengembangan konsep, formulasi, hingga produksi massal.
Yuk, wujudkan produk impian Anda tanpa perlu pusing soal teknisnya.
Belum ada komentar.